Kasus DBD Kembali Meningkat, Banyumas Waspada Wabah Saat Musim Hujan
Kasus Demam Berdarah Dengue Kembali Meningkat
Kasus demam berdarah dengue atau DBD belakangan ini kembali meningkat akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak Desember 2018 hingga awal Januari 2019. Beberapa daerah seperti Palembang, dan Banyumas sudah meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai jenis wabah yang tersebar akibat cuaca hujan seperti DBD.
Pada Januari ini misalnya, daerah Banyumas sempat dikabarkan adanya demam massal yang terjadi di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden. Kabarnya, ada 27 orang yang berada di satu rukun warga mengalami demam dalam jangka waktu satu pekan.
Daftar Isi Tulisan
Dinas Kesehatan Banyumas Menggelar Foging
Setelah dilakukan penyelidikan epidemologi atau PE, Dinas Kesehatan Banyumas langsung menggelar foging atau pengasapan. Langkah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak adalah langkah preventif penularan dan penyebaran Demam Berdarah Dengue.
“Mungkin ada yang sudah tertular, tapi karena kondisi daya tahan tubuhnya bagus, tidak sampai DBD,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, Sadiyanto, Minggu, 8 Januari 2019.
Tak Hanya Desa Pandak, Tiga Wilayah Lain di Banyumas Mengalami Hal Serupa
Wabah demam berdarah dengue tidak hanya terjadi di Desa Pandak. Tiga wilayah lain seperti Berkoh Kecamatan Purwokerto Selatan, Kedungbanteng, dan wilayah Cilongok 2 juga mengalami hal serupa.

Dari hasil penelitian epidemologi yang dilakukan petugas Dinas Kesehatan, ada indikasi penularan DBD di tiga wilayah tersebut. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan memutuskan untuk melakukan foging di tiga wilayah tersebut.
Foging dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa, meskipun jentik nyamuk Aedes Aegypti yang sudah membawa virus DBD tetap hidup karena berada di air.
Dinas Kesehatan Banyumas Sebut Ada Empat Desa Terindikasi Penularan DBD
Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Banyumas, Arif Sugino mengatakan, sejak minggu, empat desa yang terindikasi ada penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) telah di foging.
“Ini mencegah penyebaran, jadi kalau sudah terjadi. Bukannya kita menunggu kasus, tetapi aturan dari Kemenkes aturannya memang seperti itu. Jadi, kalau sudah ada kasus demam berdarah, ada indikasi penularan, baru kita foging,” ucap Arif.
Meski demikian, pihaknya mengatakan, foging bukanlah cara preventif memberantas nyamuk Aedes Aegypti. Lebih lanjut, ia mengatakan, langkah pereventif adalah dengan PSN secara rutin.
Masyarakat Diminta Turut Menjaga Kebersihan Lingkungan
Secara berkala, masyarakat diminta untuk saling menjaga kebersihan lingkungan mulai dari lingkungan rumah, pekarangan dan lingkungan disekitarnya. Tak boleh ada genangan air yang tak terkontrol.

“Yang perlu kami tekankan adalah bahwa PSN secara tuntas dan rutin, mandiri, adalah cara paling efektif mencegah penularan DB,” Arif mengungkapkan.
Sebelumnya, ada 16 desa atau kelurahan di 10 kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah endemis DBD. Tapi, kasus DBD yang belakangan ini menjadi sorotan sejak 2019 ini justru tidak terjadi didaerah yang sebelumnya tercatat sebagai endemik.
Risiko Penularan DBD Saat Musim Pancaroba Semakin Meningkat
Menurut Arif, penularan atau persebaran DBD bisa terjadi kapan dan dimana saja. Terutama saat musim pancaroba, merutunya penularan DBD semakin meningkat. Daerahnya juga bisa berubah-ubah.
Saat ini sebanyak 16 desa atau kelurahan yang dilaporkan endemik DPB diantaranya Desa Karangdadap dan Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor, Desa Kedungwringin Kecamatan Patikraja, Desa Ajibarang Kulon dan Darmakradenan Kecamatan Ajibarang, serta Kelurahan Rejasari dan Kedungwuluh Kecamatan Purwokerto Barat.
Kelurahan Mersi, Sokanegara dan Kranji Kecamatan Purwokerto Timur, Karangklesem dan Berkoh Kecamatan Purwokerto utara, Desa Karangduren Kecamatan Sokaraja dan Desa Ledug Kecamatan Kembaran.
Baca juga: 6 Cara Mudah Meredakan Hidung Tersumbat
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.